Jumat, 11 November 2011

IMPLEMENTING STRATEGY: THE BALANCED SCORECARD AND VALUE CHAIN -manajemen biaya-


SUMMARY
BAB 2
IMPLEMENTING STRATEGY:
THE BALANCED SCORECARD AND VALUE CHAIN
 
Disusun Oleh:
K a r t I k a  S u k a r n o
023090055

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 2011


Suatu perusahaan biasanya akan melakukan pilihan strategi untuk menjual barang dagang atau jasanya. Antara lain strategi dalam harga (cost leadership) atau dalam keunikan (differentiation) yang ditawarkan pada sasaran pemasaran mereka. Yang dimaksud dengan strategi adalah cara untuk mencapai suatu tujuan trtentu, yang biasanya tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk mencapai profit (laba) yang maksimal dengan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Cost leadership merupakan sebuah strategi perusahaan dalam bersaing dengan memproduksi barang atau jasa dengan biaya yang rendah, sehingga dapat bersaing harga dengan pesaing. Sedangkan differentiation merupakan strategi perusahaan dengan memproduksi barang atau jasa yang berbeda atau unik dari para pesaingnya.
Perusahaan akan memperluas jangkauan strategi mereka dalam bidang sosial dan lingkungan dalam kegiatan operasional perusahaan. Maka para ahli analisa pada perusahaan merumuskan beberapa strategi analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor keberhasilan :
1.      Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) analysis
2.      Value-Chain analysis
3.      The Balanced Scorecard

1. SWOT Analysis
            Dalam mengidentifikasikan factor kesuksesan perusahaan dapat dilihat dari dua factor yang mempengaruhi perusahaan, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal yaitu Strengths (kekuatan) seperti kemampuan (skills) atau kompetisi pada para pekerjanya dan Weaknesses (kelemahan) yang dapat dilihat dari kegiatan atau aktifitas produksinya. Faktor eksternal yaitu Opportunities (kesempatan) sperti adanya perubahan tekhnologi pada kegiatan perusahaan dan Treats (ancaman) sepeti adanya pesaing baru dalam pasar.
            Dalam SWOT analysis harus melakuakn pengukuran untuk dapat melakukan penilaian faktor kesuksesan (Critical Success Factors, CSFs) apakah sudah dilaksanakan dengan baik atau belum. Bila tidak dapat diukur maka hal tersebut tidak dapat dilakukan analisis.


            Dari pengelompokan CSFs maka terdapat cara penghitungan yang dapat mempermudah dalam menganalisis. Telah terdapat pengelompokan atas faktor kesuksesan, antara lain faktor keuangan, faktor konsumen, proses internal perusahaan, pembelajaran dan inovasi, dan faktor-faktor lainnya.
Dari kelompok keuangan yaitu faktor profitabilitas dapat dihitung dengan earning trend dan juga dapat dengan earning from operations. Dalam menghitung earning trend kita dapat menggunakan diagram garis. Cara dalam menghitung earning from operations seperti:
(Sales - COGS = Gross profit - operating expense
                         = Net operating income
                         = earning from operations
Dari kelompok faktor konsumen kita dapat menghitunng tingkat kepuasan konsumen misalkan dengan cara seberapa tinggi tingkat keluhan konsumen atas barang atau jasa yang kita tawarkan.
Kelompok lain yang merupakan faktor kesuksesan adalah proses internal perusahaan yang dapat dihitung dari tingkat produktifitas perusahaan dalam mengolah bahan baku menjadi suatu produk.
Dan inovasi pada suatu perusahaan juga merupakan bagian dari CSFs yang dapat dihitung. Tingkat produksi produk-produk baru atau hak paten atas suatu barang adalah salah satu cara penghitungannya.

2. Value-Chain Analysis
            Perusahaan harus melakukan usaha memuaskan pelanggan, maka para ahli menciptakan Value-chain analysis sebagai alat perusahaan dalam mengukur keunggulan kompetitif mereka. Hal-hal yang diperhatikan antaranya: bagaimana nilai yang diberikan pada konsumen dapat meningkat atau penurunan biaya pada kegiatan produksinya, dan keadaan hubungan antara perusahaan dengan pemasok (suppliers), konsumen (customers), dan perusahaan lainnya.
            Analisa Value-chain atau juga dikatakan sebagai rantai nilai karena perusahaan melakukan suatu rantai kegiatan yang saling menghubungkan dalam menciptakan suatu nilai pada barang yang akan mereka produksi. Value-chain dapat digunakan pada berbagai jenis perusahaan yang bertujuan mencari profit atau pun yang tidak bertujuan mencari profit atau keuntungan. Perusahaan yang bertujuan mencari profit yaitu seperti perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa. Maka aktifitas perusahaan dalam menyediakan barang dan jasa yang berkompetisi harus sangat diperhatikan.
            Suatu perusahaan harus menentukan strategi apa yang akan mereka jalani untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Karena suatu aktivitas individual akan dapat mempengaruhi keseluruhan aktivitas perusahaan yang dapat menentukan tingkat kompetisi perusahaan tersebut. Maka manajemen diharuskan paham bagaimana cara memilih strategi dan membuat konsep dalam meningkatkan total value-chain.
            Langkah- langkah Value-chain (rantai nilai) pada industri manufaktur:
Step 1: Design
            Pada tahap ini perusahaan harus melakukan penelitian dan pengembangan atas produk atau jasa apa yang akan mereka ciptakan. Merancang keperluan apa saja yang akan dibutuhkan dalam proses pembuatannya.
Step 2: Perolehan bahan baku
            Kegiatan pertambangan bahan-bahan baku pada suatu sumber daya yang tersedia akan berpengaruh pada kualitas dari produk yang akan dibuat, misalnya perolehan pelastik dari pemasok yang sudah dikenal akan lebih baik kualitasnya dibanding dari pemasok baru yang perusahaan belum ketahui mutunya, juga dalam mengembangkan dan menyempurnakan barang atau jasa.
Step 3: Bahan dirakit menjadi komponen
Aktifitas mengubah bahan baku menjadi komponen-komponen suatu produk yang telah dirancang sebelumnya oleh perusahaan dan menyediakan produk suku cadang  barang yang akan diproduksi untuk menjaga tingkat kepuasan konsumen.
Step 4: Perakitan
            Mengkonversi, merakit komponen-komponen penting pada barang yang diciptakan sehingga dapat bernilai guna, melakukan penyelesaian bagian-bagian yang dibutuhkan, serta adanya pengujian terhadap barang yang telah diciptakan.
Step 5: komputer manufaktur
            Adanya perakitan akhir supaya barang yang diciptakan benar-benar memberikan hasil sesuai yang direncanakan sebelumnya dan memenuhu standar-standar yang telah ditetapkan perusahaan, serta memikirkan kemasan yang bagaimana yang akan dipilih perusahaan dalam menarik minat pasar yang akan ditawarkan misalkan apakah kemasan berupa kardus, pelastik atau kotak kayu. Pengiriman produk akhir pun harus diperhatikan.
Step 6: grosir, pergudangan, dan distribusi
            Memindahkan produk kelokasi eceran dan gudang yang dibutuhkan juga diperhatikan, apakah melalui darat seperti menggunakan truk, melalui perairan menggunakan kapal, atau melalui udara dengan pesawat bila akan mengirim ketempat-tempat yang terbilang jauh. Resiko pun harus diperhatikan oleh manajemen suatu perusahaan.
Step 7: Penjualan eceran
            Aktivitas penjualan eceran untuk mendapatkan pendapatan kas. Semakin tinggi tingkat ketertarikan masyarakat sebagai konsumen terhadap barang yang diciptakan maka akan semakin tinggi pula tingkat penjualan barang tersebut, sehingga akan memberikan pemasukan uang kas pada perusahaan. Dan semakin tinggi tingkat pemasukan kas maka akan semakin terwujud tujuan dari perusahaan yaitu mencari laba yang tinggi.
Step 8: Pelayanan pelanggan
Proses pengembalian barang (return), pertanyaan cara penggunaan, cara perawatan atau sebagainya dari para konsumen terhadap perusahaan atas barang yang telah kita pasarkan merupakan hal penting yang harus manajemen perhatikan, jangan sampai konsumen merasa prusahaan telah memberikan produk dengan kualitas rendah. Dan jasa perbaikan atas barang yang rusak juga dapat menambah nilai dari suatu kinerja perusahaan di mata para konsumen, seperti menyediakan service komputer pada perusahaan komputer.
            Mengidentifikasi keunggulan kompetitif perusahaan untuk mengetahui dimana letak keunggulan yang dimiliki. Dimana tingkat pendapatan paling tinggi yang diperoleh perusahaan dari berbagai produk dan jasa yang mereka produksi. Misalkan suatu perusahaan komputer selain memproduksi unit-unit komputer mereka juga akan menawarkan seperti suku cadang perangkat komputer atau mereka akan memberikan layanan service komputer. Dari berbagai macam produk yang ditawarkan oleh perusahaan komputer tersebut maka perusahaan dapat melakukan indentifikasi, produk manakah yang memberikan keuntungan lebih besar bagi perusahaan yang merupakan keunggulan kompetitif perusahaan.
            Mengidentifikasi peluang untuk menambah nilai dari kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Seperti menambah kepercayaan konsumen atas kebersihan produk yang ditawarkan, misalnya pada produsen kue mereka dapat memberikan tontonan kepada konsumennya tentang bagaimana cara membuat dan mengemasi kue-kue yang mereka tawarkan sehingga konsumen percaya akan kebersihn dari bahan-bahan serta kemasan dari barang yang akan mereka beli. Misalnya juga pada Bank, mereka dapat menaruh ATM sebagai alat yang mempercepat waktu nasabahnya dalam melakukan transaksi seperti penarikan tunai, transfer, dan lain-lain.
            Mengidentifikasi peluang untuk mengurangi biaya. Dengan menggunakan value-chain maka perusahaan dapat mengetahui komponen mana saja yang dapat memberikan nilai bagi produk atau komponen manakah yang tidak bernilai kompetitif bagi produk sehingga perusahaan dapat melakukan strategi untuk menekan biaya yang tidak diperlukan tersebut.
            Mengeksploitasi hubungan antara kegiatan dalam value-chain (rantai nilai). Misalnya suatu perusahaan memilih lokasi pabrik yang tidak jauh dari sumber daya sehingga perusahaan dapat menekan biaya transportasi dan mengurangi resiko-resiko yang akan dihadapinya. Sehingga produsen dapat memberikan pelayanan atau kepuasan yang baik kepada para konsumennya.

3. The Balanced Scorecard
            Balanced Scorecard merupakan strategi analisa yang digunakan perusahaan dengan merancang diagram sebab-akibat. Karena perusahaan menganggap suatu kejadian pasti merupakan akibat dari suatu sebab sebelumnya. Dan agar para manajer dapat menciptakan akibat yang baik maka mereka akan menciptakan sebab yang baik sehingga akan mengurangi kemungkinan-kemungkinan resiko yang dapat terjadi.
Pada saat ini terdapat banyak sekali perusahaan yang tidak mencari keuntungan atau badan pemerintah yang menggunakan sistem Balanced Scorecard (BSC) untuk mengimplementasikan strategi mereka. BSC telah mengelompokan faktor kesuksesan menjadi empat kelompok:
  1. Perspektif atau pandangan bagian keuangan termasuk didalamnya kinerja keuangan seperti laba operasi dan laporan arus kas.
  2. Perspektif atau pandangan para konsumen yang biasanya dilihat dari tingkat kepuasan konsumen atas barang yang dikonsumsinya.
  3. Perspektif atau pandangan dari proses pihak internal perusahaan, misalkan dari tingkat perusahaan memproduksi barang atau jasanya, atau dalam kecepatan memproduksi apakah tepat waktu atau tidak.
  4. Pelatihan dan inovasi yang dilakukan oleh perusahaan seperti training yang diberikan perusahaan kepada para karyawannya, dan juga tingkat produksi perusahaan atas produk baru dan hak paten atas produknya.
Strategi dalam mencerminkan balanced scorecard
Kadang BSC mendapat membantu menciptakan strategi atau malah strategi dapat merumuskan BSC. Contohnya suatu perusahaan menaruh perspektif atau pandangan kosumen pada tingkat BSC paling atas, maka perusahaan akan memperhatikan kepuasan konsumen, inovasi produknya, dan pelayanan yang baik pada konsumen mereka.
Diagram sebab-akibat diciptakan untuk  mengetahui hubungan antara CSFs dengan hasil akhir keseluruhan perusahaan.
Contoh dari BSC, salah satu sebab dari meningkatnya suatu pendapatan perusahaan diakibatkan oleh tingginya tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk yang mereka beli ataupun karena pelayanan yang mereka terima dengan baik, pelayanan yang baik disebabkan adanya proses permintaan yang cepat dan tepat. Kecepatan dan ketepatan pada tiap karyawan itu disebabkan adanya pelatihan yang baik dari perusahaan.

Perluasan dari the Balanced Scorecard
            Pengembangan dari Banlanced Scorecard adalah adanya kelanjutan (Sustainability) pada perusahaan mereka, yang artinya perusahaan melakukan hubungan yang baik dengan tiga bagian penting dilingkungan perusahaan: perekonomian, social dan lingkungan perusahaan. Pemerintah juga telah meningkatkan hubungan dengan perusahaan terkait masalah lingkungan, seperti telah diadakannya standar-standar keamanan produk, dan tata cara pembuangan limbah. Karena faktor lingkungan juga merupakan penilaian faktor kesuksesan (Critical Success Factors, CSFs).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar